Total Tayangan Halaman

Kamis, 06 Oktober 2011

KAU LAH CINTA PERTAMAKU

part 1...
"Naqqil fuadaka haistu syita minal hawa...
  Malhubbu illa lilhabibi awwali...
  Kam manzilin fil ardii ya'lufuhul fataa...
  Wahaniinuhu abadan li awwali manziilin..."
  Pindahkan hatimu kepada cinta yang engkau kehendaki...
  Karna cinta hanyalah untuk kekasih yang pertama...
  Betapa banyak tempat di bumi ini yang pernah di tempati seseorang...
  Namun selamanya kerinduan hanyalah untuk yang pertama...

    Sebagian besar manusia,adalah terlalu berlebihan dalam hal membenci dan mencintai. Bila kebencian yang bicara maka apapun kebaikan orang yang di benci itu selalu salah di matanya, meskipun ia mengetahui kebaikan dan keutamaan orang tersebut. Karna itu ada yang mengatakan [hasad] iri hati adalah musuh kebaikan dan akhlak mulia. Dan inilah yang menyebabkan ia berbuat demikian. Sementara bila Cinta yang berkata ,maka cenderung membabi buta,rela berkorban apa saja demi kekasihnya,apalagi itu adalah Cinta pertamanya. Namun ketika terbentur pada kenyataan,cintanya kandas di tengah jalan. Setelah banyak sekali pengorbanan yang di berikan,ia pun sakit hati,kecewa,menderita dan merana bahkan ada yang putus asa. Meskipun banyak orang yang berusaha dengan bermacam cara dan aneka gaya untuk menggaet hati,memalingkan cintanya, itu takkan  bisa! Kenangan-kenangan indah akan cinta pertamanya selalu bermain-main di benak,menari-nari di pelupuk mata dan menghiasi pikiranya.
     Seorang gadis pernah mengeluh "Aku kesal dan sebal dengan perasaanku sendiri. Aku tahu kalau dia tak bisa ku harapkan lagi,tapi mengapa aku tak bisa menghapus bayanganya dari pikiranku?" Namun itu belum seberapa,sebab banyak kasus yang terjadi seorang wanita yang telah bersuami dan telah di anugerahi anak,tapi ia masih terjebak dalam konflik batin yang membuat nafasnya sesak.
     Kejadian di atas meruipakan salah satu setting adegan sandiwara cinta di dunia nyata,yang dapat di jadikan analogi bagi seseorang yang mampu menempatkan cinta pertama,yang sejati dan hakiki pada tempat semestinya. Yaitu Dzat yang seharusnya di cinta dan menjadi puncak dari segala cinta yang ada.
      Cinta dan Kekasih pertama itu adalah Rabb Sang Pencinta yang menyatakan cinta-Nya kepada jiwa [ruh] manusia untuk pertama kalinya sebelum lahir kedunia. Serta merta ruh pun mengangguk tanda sedia menjadikan Rabb sebagai kekasih pertamanya. Inilah anggukan  pengakuan dan kesaksian dari ke-universalan cinta yang di miliki oleh tiap-tiap jiwa anak manusia. Perjanjian ikatan cinta dan jalinan asmara ini pun terukir dalam sebuah prasasti cinta abadi yang sangat indah dan mulia,tersimpan pada museum "Lauh al-Mahfuzh" yang terjaga.
      "Dan [ingatlah] ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari Sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka [seraya berfirman] "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab "Betul [Engkau Tuhan kami],kami bersaksi".
                                                                                                                               {QS.Al-A'raaf : 172}
       Cinta yang hakiki dan membuahkan hasil adalah  cinta yang tetap tegar menghadapi berbagai hambatan,tantangan dan gangguan. Di saat hati memindahkan cinta pada yang lainya seperti cinta pada orang tua,mencintai pasangan dan anak-anak,juga mencintai kekayaandan kedudukan, semua itu adalah tantangan untuk menguji sebesar mana kekuatan dan keteguhan serta kesetiaan pada cinta pertamanya.
       Cinta kepada Rabb hanya akan terwujud dengan mengutamakan kebenaran dan menghianati hawa nafsu serta hal-hal lain di dunia. Dengan demikian manusia di tuntut untuk memikul kesulitan demi ketaatan,mengalami marabahaya demi keridhaan, menanggung celaan demi kesabaran,menghadapi kedzaliman dan kesesatan serta di tuntut untuk menanggulanginya. Semua itu akan memperkokoh kekuatan cintanya yang tertanam di dalam relung hati paling dalam.
       Demi cintanya kepada Sang Kekasih [Rabb], Nabiyullah ibrahim as rela mengorbankan apa saja,meskipun pengorbananya itu dirasa tidaklah rasional. Bagaimana mungkin seorang ayah di suruh menyembelih buah hati tersayang yang tiada salah dan dosa? Namun beliau tidak berusaha merasionalkan perintah tersebut dengan berbagai macam argumentasi dan mencari alasan sana-sini,tetapi beliau melaksanakan perintah tersebut dengan mengedepankan cintanya kepada Rabb,dari pada kecintaanya kepada diri,anak dan istri,apalagi harta dan tahta. Dan memang itulah yang seharusnya di lakukan oleh seorang hamba di hadapan Rabb kekasihnya.
       Cinta dan kerinduan serta keinginan mendapatkan sesuatu,di karenakan jiwa manusia adalah perasa dan perindu. Ketika telah membayangkan sesuatu tersebut apalagi telah melihat keindahaan dan merasakan kenikmatan sesuatu itu,meskipun belum sampai titik puncak [klimaks], maka jiwa merasa tak sabar untuk mencapainya dan akan selalu membayangkan dan merindunya.
      "Barang siapa mencintai sesuatu maka akan banyak menyebut-nyebutnya".Ketika cinta telah menyapa,maka ia akan selalu bersama kekasihnya dengan segenap jiwa raga walaupun di tengah-tengah kesibukan aktifitasnya.Saat terjaga dari tidur yang pertama kali di sebut adalah nama kekasihnya,dan yang pertama kali di ingat adalah keelokan dirinya,begitu terus berjalan sampai ke tempat peraduan,sehingga sang kekasih pun akan selalu hadir menyertai mimpi-mimpi indahnya.Kalau kekasih itu kekasih yang haq yang seharusnya segala perasaan cinta kasih itu di curahkan kepada-Nya,maka dia lah orang yang paling bahagia.Namun bila cinta itu di serahkan bulat-bulat pada hal-hal yang semu dan fana,yang kalau kekasih lenyap membuat hati kecewa dan merana,kalau dapat merebutnya merasakan kepedihan karena bersaing dengan lainya,juga merasakan sakitnya kecemasan kalau sudah mendapatkan karena takut pisah darinya.Maka ia telah menempatkan hakikat cinta bukan pada tempatnya dan konsekuwensinya ia akan menjadi orang yang sengsara karena cinta.

Next........
WebRepOverall rating
WebRepOverall rating
WebRepOverall rating

Tidak ada komentar:

Posting Komentar